Translate

Senin, 19 Oktober 2015

Pelangi Cinta Suci - Part 2

Akhirnya selesai juga kuliah ku hari ini. Sungguh hari ini semua orang terasa berbeda, mereka seolah menatapku penuh selidik atas semua perubahan ku. Waktu menunjukkan pukul 12.00 perut ku mulai terasa memberontak untuk meminta diisi oleh makanan. Tapi, saat menuju ke kantin, tepat di depan pintu kantin aku menghentikan langkahku, aku merasa tak sanggup ditatap oleh puluhan orang disana yang terus saja menatapku heran. Aku mengurungkan niatku untuk pergi ke kantin. Lebih baik aku langsung pulang kerumah saja. Aku beranjak pergi dari tempat keramaian itu, tapi sesorang tiba-tiba menghentikan langkahku. Seseorang yang sangat aku benci, dan tak pernah ku harapkan hadir dalam hidupku. Dia tak heran dengan perubahanku, karena dia sudah lebih dulu mengetahuinya.

Dia tersenyum menatapku yang masih mematung di depannya dengan tatapan penuh kebencian.

"Maharani... kau tak makan??" Dia memulai pembicaraan padaku yang masih menampakkan wajah kebencian

Pikiran ku kembali melayang, kenapa dia masih saja memanggilku dengan nama maharani, walaupun tak ada yang salah karena itu juga namaku, tapi sepertinya aku lebih suka dipanggil cinta. Karena nama cinta begitu dalam kesannya. Kesan di cintai, disayangi, dan dihargai oleh semua orang. Seperti impianku untuk selalu bahagia dengan cinta dari orang-orang terdekatku. Raut wajahku seketika berubah ada aura kesedihan yang tersimpan di kedua bola mataku, aku sadar cinta itu begitu sulit aku dapatkan sejak peristiwa itu. Malah mungkin sudah tak mungkin di aku dapatkan lagi.

"Maharani..." Orang yang masih berdiri di depan ku ini kembali membuyarkan pikiranku.

"Tidak... aku mau pulang" Jawabku singkat dengan penuh kebencian dan pergi berlalu meninggalkannya yang masih berdiri disana

Ada raut kekecewaan dari wajahnya, ia ingin berdamai dengan keadaan yang terus saja menghakimi kesalahannya. Ia merasa lelah jika harus terus-terusan dibenci oleh Maharani. Tapi dia memang salah dan menyesal atas kelakuannya yang membuat Maharani terus-terusan tak memaafkannya. Dia menelan kekecewaannya itu dengan melangkahkan kakinya menuju ke kantin. Seolah makanan-makanan itu menjadi pelampiasannya akan kekecewaannya.

....................................................occ..........................................................

Cinta segera melajukan mobilnya pergi meninggalkan kampus menuju kerumahnya. Rumah yang sepi tanpa ada tawa dan canda. Rumah itu hanya ditinggali tiga orang, dia dan dua pembantunya. Dia memasukki rumah itu, rumah yang berdinding warna coklat sesuai dengan kesukaan ibunya. Rumah ini telah banyak mengeluarkan airmata dibanding senyuman batinnya pelan. Rumah yang menemaninya menjalani perjalanan hidup yang tidak mudah.

"Assalamu'alaikum" Salamnya ketika memasuki rumah yang sangat mewah tapi menyimpan segala misteri.

"Wa'alaikumsalam" Jawab kedua pembantunya yang kini tersenyum melihatnya. Mamang dan simbok yang sudah 20 tahun menemaninya. Ia sangat menyayangi kedua orang ini seperti layaknya saudaranya sendiri.

"Non sudah pulang.. Non mau makan apa biar simbok siapin?" Kata simbok sambil mengusap rambunya pelan.

"Apa saja yang simbok masak pasti akan saya makan" Jawabku sambil memajukan bibirku mencium pipi simbok yang sangat aku sayangi ini.

"Baik nona cantik simbok siapkan dulu.. Non cantik ganti baju dulu setelah itu makan" Perintah simbok lembut dan senyum manisnya masih melekat di bibirnya.

Aku hanya menganggukankan kepala seraya tersenyum untuk memastikan bahwa aku menyetujui.

Minggu, 18 Oktober 2015

Pelangi Cinta Suci - Part 1

Semilir angin berhembus kencang mengibarkan ujung kain berwarna merah muda milik gadis yang sedang berjalan di gerbang kampus. Sungguh gadis itu terlihat sangat cantik, kala kain itu berkibar-kibar seolah ingin menunjukkan bahwa ada gadis manis yang sedang bersenandung ria, karena hidupnya yang kini telah berubah. Berubah dari seorang gadis yang dipenuhi aura hitam, menjadi gadis yang selalu diliputi aura putih. Walaupun pertentangan antara hitam dan putih itu masih sangat terasa di sudut kalbu gadis itu, namun aura putih kini terasa lebih banyak memenuhi ruang hatinya. Semoga saja aura hitam tak lagi menguasai hati, pikiran, dan tindakannya. Bukankah ia ingin berubah???
"Cinta...!!!''
suara orang di depannya membuyarkan lamunannya.. lamunan mengenai perubahannya. Akankah semua orang menerima semua perubahannya?? ahhh... entahlah ia hanya bisa berharap semua orang mendukungnya.
Ia tersenyum kepada tiara sahabatnya, sahabat yang selalu ada disituasi apapun.
"amazing.. " pekik tiara sambil mengguncang-guncangkan pundaknya. dia sangat sock melihat perubahan dandanan dirinya.
aku hanya bisa membuang nafas dalam-dalam. aku sudah mengira semua orang akan sock melihat perubahannya yang sangat drastis.
"bagaimana bisa??" tanya tiara seolah masih tak percaya
Aku sedikit menyunggingkan senyum padanya, sambil pertanyaan tiara yang membutuhkan penjelasan dariku kenapa aq bisa berubah, "seperti yang kamu lihat saat ini. Kurasa ini pilihan terbaik ku. Aku ingin kembali kuat dan ini adalah jalannya".
Tiara hanya mengangguk pelan, kurasa dia paham apa yang aku katakan. Karena dia memang mengetahui semuanya, semua kisah perjalanan hidupuku selama ini.
"Aku mengerti... semoga ini menjadi jalan untukmu kembali seperti dulu". Kata tiara lembut seolah menguatkan ku untuk meyakini perubahan ini adalah yang terbaik untuk kehidupan ku selanjutnya.

Tiara menggandeng tanganku untuk segera memasuki kampus menuju kelas dimana aku akan belajar banyak hal sebagai bekal untuk masa depan ku. Aku berjalan pelan dengan menundukkan kepala ketika memasuki fakultas dimana tempat aku belajar. Aku merasa banyak tatapan-tatapan aneh orang-orang disekitar ku. Mereka semua orang seolah sedang memikirkan perubahan ku. aahhh tidak, lebih dari sekedar memikirkan, mereka justru seolah ingin menghakimi perubahan ku. Jleb!!! Nafas ku tiba-tiba serasa berhenti ketika ada seseorang yang aku sangat kenal, tapi tidak biasanya, kini dia hanya mematung di samping pintu kelas ku. Aku menatapnya yang msih tidak percaya akan perubahan ku.
"Cinta... " Katanya tiba-tiba.
"Kau kah cinta??" Tanyanya seolah masih tak percaya kalau ini adalah aku.
Aku masih menatapnya penuh tanda tanya. Apakah orang yang ada di depan ku saat ini akan menerima perubahan ku seperti tiara yang justru menguatkan ku. Takut... aku merasa takut jika dia tidak bisa menerima semua perubahan ku.
"iiiyyaaa.. ini aaaku" jawabku terbata-bata ketakutan seperti sedang berhadapan dengan harimau yang akan memangsa ku hidup-hidup.
"Kenapa....??" tanya nya singkat
"Kenapa kau berubah seperti ini??" tanyanya lagi lebih tegas.
Aku tercekat dengan pertanyaan itu.. Sungguh... pertanyaannya menyudutkan ku. Sepertinya dia tidak suka dengan perubahan ku. Entah apa yang aku pikirkan.. Tapi aku merasa sangat terluka dengan pertanyaanya. Pertanyaan yang membuat aku merinding karena merasa akan kehilangan sosok ini untuk kedua kalinya. Tapi, aku harus kuat. Kembali pada tujuan utama ku untuk merubah hidup ku. Berubah menjadi sosok perempuan yang baik dimata Tuhan.
"Aku menyukai perubahan ini" jawab ku tegas.
"Tapi aku tidak suka dengan perubahanmu.. kau seperti gadis kampung!" Menghardikku dengan pernyataan yang tidak bisa aku terima.
"Terserah kau suka atau tidak suka... tapi inilah aku Cinta Adelia Maharani yang sekarang. Bukan yang dulu.. yang selalu kau sakiti.. Sekarang aku ingin berubah menjadi gadis yang kuat bukan gadis yang lemah, yang hanya bisa menangis terus menerus. Aku lelah.. aku ingin berubah" Balas ku seketika dengan nada marah. Jelas aku tersinggung dengan pernyataannya yang sungguh keterlaluan. Emosi ku semakin menjadi-jadi ditambah dengan bayangan masa lalu dimana dia selalu menyakitiku. Aku sudah bosan menjadi gadis yang selalu di sakiti. Aku terlalu lemah, dan kini aku ingin bangkit menjadi sosok yang kuat.
Dia hanya diam dan menatapku dengan tatapan yang menyiratkan tanda tanya. Entah apa yang dia pikirkan, tapi semakin aku menatap wajah itu aku semakin merasakan sakit.
"Maaf.." Hanya kata itu yang kemudian keluar dari mulutnya, dia lalu pergi meninggalkan ku yang masih tak percaya dia akan berkata secuek itu padaku.
Huuuuhhhh.. aku hanya bisa menghembuskan nafas kekecewaan ketika menatap kepergiannya. Entah apa yang terjadi berikutnya. Aku berharap akan melepaskan rasa kecewa ini.

                                                            Bersambung.......

Pertama kali nulis di blog.. semoga banyak yang suka. Jangan lupa comment nya yaaaa... thanks